Varicocele
adalah dilatasi atau pelebaran dari plexus vena pampiniformis dan vena
spermatica interna. Varicocele dikenal sebagai penyebab menurunnya fungsi
testis dan terjadi rata-rata pada 15-20% semua populasi laki-laki dan pada 40%
laki-laki yang mengalami infertil. Riwayat singkat fungsi anatomi diperlukan
dalam memahami abnormalitas anatomi ini.
Testis adalah
sepasang organ genitalia laki-laki yang berisi sperma, sel yang memproduksi dan
melembabkan sperma (spermatogonia and Sertoli cells), dan sel yang
memproduksi testosteron (sel Leydig). Testis berlokasi di sebuah kantung yang
disebut skrotum. Epididimis adalah sebuah struktur saluran kecil yang melekat
pada testis yang menyediakan penyimpanan ketika sperma matang.
Sperma dikeluarkan
melalui saluran vas deferen, yang menghubungkan epididimis dengan kelenjar
prostat. Vas deferen terletak pada scrotum dan merupakan bagian terbesar
kumpulan jaringan yang disebut spermatic cord. Spermatic cord meliputi vas
deferen, pembuluh darah, syaraf, dan saluran limfatik.
Plexus pamfiniformis
berupa kumpulan vena spermatic cord. Vena-vena ini mengalirkan darah dari
testis, epididimis, dan vas deferen dan kemudian bersatu menjadi vena
spermatica yang mengalirkan darah ke
sirkulasi ginjal. Plexus vena pamfiniformis akan menjadi lebar lebih seperti
vena varikosa pada tungkai. Pada kenyataannya, varicocele adalah pelebaran
varikosa simple dari plexus pamfiniformis di atas dan di sekitar testis. Vena cremassterica juga mengalirkan darah dari testis; namun vena
ini jarang terlibat pada proses varicocele.
Dilatasi plexus pamfiniformis
Pada tahun
1950 an, setelah adanya laporan tentang keadaan azoospermia (tidak mempunyai
sperma yang terjadi pada pasien dengan varicocele, ide untuk koreksi bedah pada
pasien varicocele sebagai sebuah pendekatan klinis untuk pasien infertil
didukung oleh para ahli bedah di amerika. Riset tentang pembedahan ini terus
berlangsung karena semakin banyaknya laporan tentang hubungan varicocele dengan
penurunan kualitas semen.
Varicocele
diperkirakan terjadi pada 15-20% laki-laki fertil, namun varicocele justru
cenderung lebih sering terjadi pada laki-laki infertil yaitu sebanyak 40%.
Bagaiman varicocele mempengaruhi struktur, fungsi, dan produksi sperma masih
belum diketahui tetapi para peneliti yakin bahwa varicocele mengganggu fungsi
thermoregulasi.
Varicocele
lebih sering ditemukan pada testis kiri dibandingkan kanan dikarenakan beberapa
faktor yaitu:
1. Sudut
dari vena testicular kiri memasuki vena renalis kiri
2. Hilangnya
antireflux yang efektif dari katup vena pada sambungan vena testicular kiri
dengan vena renalis kiri.
3. Peningkatan
tekanan vena renalis karena penekanan antara arteri mesenterika superior dan
aorta.
Namun yang
paling penting adalah varicocele pada salah satu sisi dapat mempengaruhi sisi
yang lainnya. Antara 35-40% pasien denga varicocele kiri cenderung akan
mengalami varicocele bilateral. Pada tahun 2004 penelitian yang dilakukan Gal
menunjukkan lebih dari 80% pasien dengan varicocele kiri berkembang menjadi
varicocele bilateral.
Varicocele
bervariasi tergantung besarnya dan diklasifikasikan menjadi 3 yaitu:
- Besar – dapat diidentifikasi hanya dengan inspeksi
- Moderat – dapat diidentifikasi dengan palpasi (perabaan) tanpa manuver valsava.
- Kecil – hanya dapat diidentifikasi dengan manuver valsava
Beberapa teori telah diajukan untuk
menjelaskan efek varicocele pada kualitas sperma meliputi efek tekanan,
kurangnya oksigen, panas, dan toksin.
Walaupun ada
banyak penelitian telah dilakukan, tidak ada satupun yang dapat membuktikan
pertanyaan di atas. Walaupun peningkatan suhu yang disebabkan gangguan
sirkulasi telah diajukan sebagai teori tentang defek reproduksi pada pasien
dengan varicocele. Yang mendukung teori ini adalah kenyataan bahwa hewan
percobaan yang dibuat menjadi varicocele yang juga menderita kelainan fungsi
sperma menunjukkan kenaikan temperatur intratestikular.
Walaupun
belum terbukti, varicocele dapat menyebabkan lesi progressif yang akan
menyebabkan efek detrimental pada fungsi testikular. Varicocele yang tidak
diobati, khususnya yang besar, dapat menyebabkan penyimpangan pada produksi
sperma dan bahkan produksi testosteron. Jika seorang laki-laki memiliki
varicocele bilateral akan menyebabkan penurunan kualitas sperma pada kedua
testis.
Pasien dengan
varicocele biasanya asimptomatik dan sering ditemukan pada evaluasi
infertilitas setelah gagal memiliki anak. Mereka juga mengeluh nyeri pada
skrotum. Pemeriksaan fisik yang hati-hati harus dilakukan selama deteksi
varicocele. Varicocele yang lebih besar lagi lebih dirasakan sebagai kantong
yang berisi cacing. Pemeriksaan skrotum untuk varicocele harus dilakukan
sebagai sebuah standar pemeriksaan urologi karena varicocele lebih potensial
untuk menimbulkan kerusakan testis. Adanya varicocele belum tentu mengindikasikan
untuk dilakukan terapi operatif.
Pada laki-laki
yang mengalami varicocele, adanya kualitas semen yang abnormal dapat
meningkatkan resiko untuk terjadinya penyimpangan kualitas semen di kemudian
hari. Pada studi prospektif yang dilakukan pada laki-laki yang difollow-up
selama 5 tahun, beberapa orang dengan kelainan semen ternyata memiliki
varicocele. Kulaitas semen menurun pada 87,5% laki-laki yang ikut penelitian,
dan hanya 6 pasien yang awalnya normal tetapi mengalami penurunan kualitas
sperma.
Alasan untuk
dilakukan koreksi bedah pada diagnosa varicocele meliputi tidak berkurangnya
keluhan setelah terapi simptomatik rutin, atropi testikular (volume <20 mL,
panjang <4 cm), dan adanya kelainan fertilitas. Varicocele dapat menyebabkan
kerusakan progressif pada testis, menyebabkan atropi dan mengganggu parameter
seminal.
The Male
Infertility Best Practice Policy Committee of the American Urological Society
merekomendasikan terapi varicocele harus ditawarkan pada pasangan pasien yang
ingin memiliki anak jika syarat berikut terpenuhi. Syarat-syarat itu berupa:
- Varicocele teraba
- Pasangannya tercatat pernah mengalami infertil.
- Pasangan wanita harus normal atau infertilitas yang masih dapat dikoreksi.
Sebagai
tambahan, laki-laki dewasa yang memiliki varicocele yang teraba dan semen
analisis normal tetapi tidak ingin segera memiliki anak juga ditawarkan untuk
mengikuti terapi bedah.
Varicocele merupakan
faktor yang harus dikoreksi pada pasien dengan kualitas semen yang jelek. Oleh karena
itu, repair varicocele harus dipertimbangkan sebagai pilihan yang tepat pada
individu dan pasangan yang mengalami infertilitas yang tidak bisa dijelaskan
penyebabnya karena repair varicocele akan meningkatkan parameter semen pada
banyak laki-laki dan mungkin meningkatkan fertilitas. Resiko pada repair
varicocele juga kecil.
Hasil terapi
varicocele pada remaja tidak sejelas hasil terapi varicocele pada orang dewasa.
Walaupun varicocele dapat pertama kali ditemukan saat remaja, riwayat alami dan
waktu onset dari efeknya terhadap fungsi testis masih belum jelas. Varicocele terjadi
pada rata-rata 10-15% populasi laki-laki fertil, tetapi tidak semua varicocele
berdampak pada sperma, kualitas semen atau fertilitas.
Penentuan penting
yang harus dibuat pada remaja yang dicurigai varicocele adalah apakah 1) Varicocele
menyebabkan lesi progressif dan 2) Repair varicocele lebih awal dapat mencegah
infertilitas.
Pada tahun
1977, Lipshultz dan Corriere menyatakan bahwa varicocele berhubungan dengan
atropi testis yang progressif mengikuti bertambahnya umur. Mereka juga
mengobservasi bahwa biopsi spesimen testis yang diambil dari laki-laki
prepubertas dengan varicocele dapat mengungkap abnormalitas histologis. Namun,
Diamond d.k.k dari harvard telah menentaing konsep ini.
Pada tahun
1987, Kass dan Belman pertama kali mendemonstrasikan peningkatan yang
signifikan dari volume testis setelah repair varicocele pada remaja. Walaupun Kass
dan Belman mencatat peningkatan pertumbuhan, mereka tidak meneliti parameter
semen. Mengumpulkan sample semen pada remaja tidaklah mudah; konsekuensinya,
studi efek varicocele dan keuntungan terapinya sangat sulit dibuktikan.
Indikasi untuk
repair varicocele pada remaja meliputi adanya asimetris testis (>20%), nyeri
testis, dan semen abnormal. Varicocele yang sangat besar harus juga direpair;
namun, jika tidak ada atropi, indikasi ini relatif dan kontroversial. Laki-laki
muda dengan varicocele tetapi volume testis ipsilateral normal harus ditawarkan untuk menjalani follow-up
tahunan dengan pengukuran objektif dari volume testis, analisis semen, atau
keduanya.
Berbagai macam
pendapat telah diajukan untuk menilai keberhasilan subklinis pada terapi pasien
laki-laki dengan infertilitas tetapi banyak ahli tidak merekomendasikannya. Sebagai
tambahan, penemuan varicocele saat dilakukan vasektomi adalah kontraindikasi
relatif untuk segera dilakukan repair. Penundaan selama 6 bulan
direkomendasikan agar vena kolateral dapat berkembang.
0 comments:
Posting Komentar