Free INDONESIA Cursors at www.totallyfreecursors.com

Minggu, Januari 15, 2012

Disfungsi dan Disabilitas Seksual (Randall-Braddom)

Seksualitas merupakan salah satu dari aspek yang paling rumit dari kehidupan manusia dengan berbagai macam pengaruh organik dan psikososialnya. Merupakan sebuah topik yang sulit untuk didiskusikan dalam kantor seorang dokter. Seringkali memunculkan perasaan malu dan ketidaknyamanan dari pasien dan praktisi, namun merupakan satu dari determinan terpenting dari kualitas hidup. Disabilitas seringkali mengakibatkan efek dramatis yang negatif dalam fungsi seksual, namun tidak merubah atau mengganggu kebutuhan manusia akan kedekatan, pasangan, dan kepuasan fisik yang seksualitas bisa berikan. Psikiater yang memiliki keberanian dan pengetahuan untuk secara terbuka menyampaikan masalah disfungsi seksual dengan pasien akan bisa memperkaya kehidupannya dengan skala yang tidak bisa diukur.

Sindrome Post Polio

Alih Bahasa oleh:
Hendra Nopriansyah
04104705327
Dokter Muda Neurologi
FK UNSRI / RS dr. A.K Gani Palembang

Abstrak
Latar belakang sindrom pos polio adalah sekumpulan gejala kelemahan, atropi, nyeri, dan kelelahan otot yang tiba-tiba atau semakin meningkat yang terjadi beberapa tahun setelah menderita polio akut.

Tujuan untuk mempersiapkan criteria diagnostic untuk PPS dan untuk mengevaluasi terapi yang sudah ada.

Metode medline, EMBASE dan ISI database dicari. Kemudian consensus dalam grup dicapai setelah diskusi melalui email.

Kami merekomendasikan definisi Halsted sebagai criteria diagnostic. Supervise, senam aerobic, isokinetik dan isometric adalah cara yang aman dan efektif untuk mencegah penurunan fungsi pada pasien dengan kelemahan moderat. Latihan otot juga bisa meningkatkan kelelahan, lkelemahan dan nyeri otot. Latihan di cuacapanas dan olahraga air non-renang bisa sangat berguna. Latihan otot-otot pernafasan bisa meningkatkan fungsi pernafasan. Pengenalan gangguan pernafasan dan penanganan segera dapat mencegah atau memperlambat penurunan pernafasan lebih lanjut dan pernafasan bantu invasive. Latihan berkelompok follow-up teratur dan edukasi pasien dapat berguna untuk staus mental dan kebiasaan pasien. Beberapa studi control untuk penanganan telah selesai dilakukan, tetapi tidak ada efek terapetik yang dilaporkan untuk evaluasi. Untuk itu, perlu dilakukan studi untuk mengevaluasi efek latihan otot jangka panjang pada pasien PPS.

Tujuan
Tujuan studi ini adalah untuk mengembangkan definisi PPS dan mengevaluasi efektivitas terapi intervensi yang ada dan dijadikan dasar dalam tuntunan management pasien PPS

Latar Belakang
Banyak pasien mengalami kelemahan, atropi, kelelahan, dan nyeri otot beberapa tahun seteah menderita paralisis poliomyelitis. Jumlah penderita pernah dilaporkan oleh Raymond pada tahun 1857.
Iastilah PPS dikenalkan oleh halstead pada tahun 1985 untuk menjelaskan masalah langsung atau tidak langsung dari kecacatan yang terjadi beberapa tahun setelah episode akut polio. Criteria untuk PPS adalah sebagai berikut:

Tonsilofaringitis Akut

Batasan : Peradangan pada dinding faring dan tonsil yang dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, trauma, toksin, dan lain-lain yang bersifat akut.
Klasifikasi:
a.       TFA Viral
Sign dan Symptom:
Demam disertai ronorea, mual, nyeri tenggorok, dan sulit menelan. Pada pemeriksaan fisik tampak faring dan tonsil hiperemis. Virus influenza, coxsachievirus dan cytomegalovirus tidak menghasilkan eksudat. Coxachievirus dapat menimbulkan lesi vesicular dan lesi kulit berupa maculopapular rash.
            Adenovirus selain menimbulkan gejala faringitis juga menimbulkan gejala konjungtivitis pada anak. EBV menyebabkan faringitis yang disertai produsi eksudat pada faring yang banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfa di seluruh tubuh terutama retroservikal dan hepatosplenomegali.

Rabu, Januari 04, 2012

Diagnosa HHS dan KAD

Protokol KetoAsidosis Diabetik dan Hyperglicemic Hyperosmolar State


Cholangiocarcinoma

BAB I
   PENDAHULUAN

Cholangiocarcinoma adalah suatu keganasan dari system duktus biliaris yang mungkin berasal dari duktus biliaris hepatic dan ekstrahepatik yang berujung di ampula vatery.1,2,3,4 Cholangiocarcinoma meliputi 3 wilayah yaitu intrahepatik, ekstrahepatik dan distal ekstrahepatik. Tumor perihilar adalah jenis Cholangiocarcinoma yang paling banyak ditemukan. Dan intrahepatik adalah yang paling jarang ditemukan. Perihilar tumor atau tumor klatskin terjadi di percabangan antara duktus hepatic kanan dan kiri5. Tumor ekstrahepatik distal berlokasi di pinggir atas pancreas ke ampulla. Lebih dari 95% tumor ini adalah duktal adenokarsinoma. Cholangiocarcinoma adalah tumor yang menyebar dari epitel intrahepatik atau ekstrahepatik biliar. Lebih dari 90% Cholangiocarcinoma adalah Squamous cell carcinoma.
            Etiologi dari tumor ini belum bisa dijelaskan. Inflamasi yang lama yang disertai cholangitis sclerotic atau infeksi parasit kronik dicurigai sebagai penyebab yang menginduksi terjadinya hyperplasia, proliferasi sel dan transformasi menjadi keganasan. Intra hepatic Cholangiocarcinoma mungkin mempunyai huungan denga colitis ulcerative kronik dan cholecistitis kronik. Cholangiocarcinoma berkembang secara lambat dan dapat menginfiltrasi dinding duktus.6
            Setiap tahunnya diperkirakan 2500 kasus Cholangiocarcinoma terjadi. Insiden rata-rata adalah 1 kasus tiap 100.000 orang tiap tahunnya. Insiden di banyak negara barat rata-rata 2-6 kasus per 100.000 orang tiap tahun. Insiden tahunan tertinggi terjadi di jepang dengan rata-rata 5,5 kasus per 100.000 orang dan di Israel 7,3 kasus per 100.000 orang. Penelitian Singal d.k.k menemukan frekuensi Cholangiocarcinoma mempunyai kecenderungan meningkat dan lebih banyak terjadi pada perempuan yang berusia lebih dari 60 tahun.7