Free INDONESIA Cursors at www.totallyfreecursors.com

Minggu, Januari 15, 2012

Tonsilofaringitis Akut

Batasan : Peradangan pada dinding faring dan tonsil yang dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, trauma, toksin, dan lain-lain yang bersifat akut.
Klasifikasi:
a.       TFA Viral
Sign dan Symptom:
Demam disertai ronorea, mual, nyeri tenggorok, dan sulit menelan. Pada pemeriksaan fisik tampak faring dan tonsil hiperemis. Virus influenza, coxsachievirus dan cytomegalovirus tidak menghasilkan eksudat. Coxachievirus dapat menimbulkan lesi vesicular dan lesi kulit berupa maculopapular rash.
            Adenovirus selain menimbulkan gejala faringitis juga menimbulkan gejala konjungtivitis pada anak. EBV menyebabkan faringitis yang disertai produsi eksudat pada faring yang banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfa di seluruh tubuh terutama retroservikal dan hepatosplenomegali.

            Faringitis yang disebabkan HIV-1 menimbulkan keluhan nyeri tenggorok, nyeri menelan, mual, dan demam. Pada pemeriksaan fisik tampak faring hiperemis, eksudat, limfadenopati akut di leher dan pasien tampak lemah.

b.      TFA Bakteri
Sign dan Symptom:
Nyeri kepala yang hebat, muntah, kadang-kadang disertai demam dengan suhu yang tinggi, jarang disertai batuk.  Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis dan terdapat eksudat di permukaan. Beberapa hari kemudian timbul bercak petechiae pada palatum dan faring. Kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal, dan nyeri pada penekanan.
Infiltrasi bakteri pada epitel tonsil akan menimbulkan reaksi radang berupa keluarnya leukosit PMN sehingga terbentuk dendrites. Dendrites merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang mati dan epitel yang terlepas. Secara klinis, dendrites ini mengisi kripta tonsil dan tapak sebagai bercak kuning.
Terdapat rasa nyeri di telinga akibat nyeri alih melalui n.IX

c.       TFA fungal
Sign dan symptom:
            Keluhan nyeri tenggorok dan nyeri menelan. Pada pemeriksaan tampak plak putih di orofaring dan mukosa faring lainnya tampak hiperemis. Pambiakan jamur dilakukan dalam agar sabouroud.



Terapi:
a.       TFA Virus
Istirahat dan minumyang cukup. Kumur dengan air hangat. Analgetika jika perlu. Antivirus metisoprinol (Isoprenosine) diberikan dengan dosis 50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4-6 dosis.
b.      TFA Bakteri
-          Antibiottik diberikan terutama bila diduga disebabkan oleh Streptokokus beta Hemolitikus tipe A. Penisilin G Banzatin 50.000 U/KgBB, IM dosis tunggal, atau amoksisilin 50 mg/KgBB dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari.
-          Deksametason 0,08-0,3 mg/kgBB, IM, 1 kali.
-          Kumur dengan air hangat.

c.       TFA Fungal
Nystatin 4 x 100.000 unit/hari setelah makan.

Sumber:
Soepardi, E.A,d.k.k,2007,Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok,Jakarta:Balai Penerbit FKUI

0 comments:

Posting Komentar