Free INDONESIA Cursors at www.totallyfreecursors.com

Sabtu, Maret 31, 2012

Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam

 1. Definisi
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 0 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Ismael S. KPPIK-XI 1983  
Soetomenggolo TS. Buku Ajar neurologi Anak 1999.

Penjelasan:
Biasanya terjadi pada anak umur 6 bulan – 5 tahun.
AAP, Provisional Committee on Quality Improvement. Pediatrics 1996; 97:769-74

Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam.
ILAE, Commission on Epidemiology and Prognosis. Epilepsia 1993;34;592-8

Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam.
ILAE, Commission on Epidemiology and Prognosis. Epilepsia 1993;34;592-8

Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi SSP, epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam.
Kesepakatan Saraf Anak 2005

2. Fakta mengenai kejang demam
  • Kejang demam terjadi pada 2 % - 4 % dari populasi anak 6 bulan - 5 tahun
  • 80 % merupakan kejang demam sederhana, sedangkan 20% kasus  adalah kejang demam kompleks
  • 8 % berlangsung lama (lebih dari 15 menit)
  • 16 % berulang dalam waktu 24 jam
  • Kejang  pertama terbanyak di antara umur 17 - 23 bulan
  • Anak laki-laki lebih sering mengalami kejang demam
  • Bila  kejang  demam  sederhana  yang  pertama  terjadi pada umur  kurang  dari 12 bulan, maka risiko kejang demam ke dua 50 %, dan bila kejang demam sederhana pertama terjadi setelah umur 12 bulan, risiko kejang demam ke dua  turun menjadi 30%.
  • Setelah kejang demam pertama, 2 – 4 % anak  akan berkembang menjadi epilepsi dan ini 4 kali risikonya dibandingkan populasi umum.
 Hirz DG.  Febrile seizures. Ped in Rev 1997;18:5-9
Baumer JH. Evidence based Guideline for post-seizure management in children
presenting acutely to secondary care. Arch Dis Child 2004; 89:278-280.

3. Klasifikasi
  1. Kejang demam sederhana (Simple febrile seizure)
  2. Kejang demam kompleks (Complex febrile seizure)
ILAE, Commission on Epidemiology and Prognosis. Epilepsia 1993;34;592-8

Kejang demam sederhana
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, umum, tonik dan atau klonik , umumnya akan berhenti sendiri, tanpa gerakan fokal atau berulang dalam waktu 24 jam.
ILAE, Commission on Epidemiology and Prognosis. Epilepsia 1993;34;592-8
Stafstrom CE. The incidence and prevalence of febrile seizures. Dalam : Baram TZ,
Shinnar S, eds, febrile seizures, San Diego : Academic Press 2002;p.1-20

Kejang demam kompleks
Kejang demam dengan ciri (salah satu di bawah ini):
  1. Kejang lama > 15 menit
  2. Kejang fokal atau  parsial satu sisi, atau kejang umum didahului  kejang parsial  
  3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam

Penjelasan:
Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang berulang lebih dari 2 kali dan diantara bangkitan kejang anak tidak sadar.
Nelson KB, Ellenberg JH. Prognosi in Febrile seizure. Pediatr 1978;61:720-7
Berg AT, Shinnar S. Complex febrile seizure. Epilepsia 1996;37:126-33

Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului kejang parsial.
Annegers JF, Hauser W, Shirts SB, Kurland LT. Factors prognostic of unprovoked seizures
 after febrile convulsions. NEJM 1987;316:493-8

Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari , diantara 2 bangkitan kejang anak sadar.
Shinnar S. Febrile seizures In : Swaiman KS, AshwalS,eds.
Pediatric Neurology principles and practice. St Lois : Mosby 1999,p.676-82.


4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan, dan dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi atau mencari penyebab demam, seperti darah perifer, elektrolit dan gula darah (level II-2 dan level III, rekomendasi D).
Gerber dan Berliner. The child with a simple febrile seizure. Appropriate diagnostic evaluation.
Arch Dis Child 1981;135:431-3
AAP, The neurodiagnostic evaluation of the child with a first simple febrile seizures.
Pediatr 1996;97:769-95


Pungsi lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis bakterialis adalah 0,6 % - 6,7 %.

Pada  bayi kecil sering manifestasi meningitis tidak jelas secara klinis, oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:
  1. Bayi kurang dari 12 bulan : sangat dianjurkan dilakukan
  2. Bayi antara 12-18 bulan : dianjurkan
  3. Bayi > 18 bulan : tidak rutin

Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.
AAP, The neurodiagnostic evaluation of the child with a first simple febrile seizures.
Pediatr 1996;97:769-95
               ; 89:   Baumer JH. Evidence based guideline for post-seizure management in children  presenting acutely to secondary care. Arch Dis Child 2004278-280.

Elektroensefalografi
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak direkomendasikan ( level II-2, rekomendasi E).
AAP, The neurodiagnostic evaluation of the child with a first simple febrile seizures.
Pediatr 1996;97:769-95
     Millichap JG. Management of febrile seizures : current concepts and recommendations for
Phenobarbital and electroencephalogram. Clin Electroencephalogr 1991;22:5-10

Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas. Misalnya: kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam fokal.
Kesepakatan Saraf Anak 2005

Pencitraan
Foto X-ray  kepala dan neuropencitraan seperti Computed Tomography (CT) atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan atas indikasi, seperti:
1.    Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)
2.    Parese nervus VI
3.    Papiledema
Wong V, dkk. Clinical Guideline on Management of Febrile Convulsion.
 HK J Paediatr 2002;7:143-151

5. Faktor risiko
Faktor risiko berulangnya kejang demam
Kejang demam akan terjadi kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko berulangnya kejang demam adalah :
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2. Usia kurang dari 12 bulan
3. Temperatur yang rendah saat kejang
4. Cepatnya kejang setelah demam
Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulang 80 %, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut hanya 10 % - 15 % kemungkinan berulang. Kemungkinan berulang paling besar pada tahun pertama.
Berg AT,  dkk. Predictors of recurrent febrile seizure: a prospective study of the circumstances
                        surrounding the initial febrile seizure, NEJM 1992;327:1122-7
Annegers JF, dkk. Reccurrence of febrile convulsion in a population based cohort. Epilepsy
Res 1990;66:1009-14
            Knudsen FU. Recurrence risk after first febrile seizure and effect short term diazepam prophylaxis Arch Dis Child 1996;17:33-8

Faktor risiko terjadinya epilepsi
Faktor risiko lain adalah terjadinya epilepsi di kemudian hari. Faktor risiko menjadi epilepsi adalah :
1. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum
    kejang demam pertama.
2. Kejang demam kompleks
3. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung
Masing-masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsi sampai 4 % - 6 %, kombinasi dari faktor risiko tersebut meningkatkan kemungkinan epilepsi menjadi 10 % - 49 % (Level II-2). Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumat pada kejang demam
Nelson KB dan Ellenberg JH. Prognosis in children with febrile seizure. Pediatr 1978;61:720-7
Annegers JF, dkk. Factor prognotic of unprovoked seizures after febrile convulsions. NEJM 1987;316:493-8  

6. Prognosis
Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik umum atau fokal.
Ellenberg JH dan Nelson KB. Febrile seizures and later intellectual performance.
Arch Neurol 1978;35:17-21
Maytal dan Shinnar S. Febrile status epilepticus. Pediatr 1990;86:611-7



Kemungkinan mengalami kematian
Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan
National Institutes of Health. Febrile seizure: consensus development conference
Summary. Vol3. no2  Bethesda.Md:National Institute of Health 1980


7. Penatalaksanaan saat kejang
Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang kejang sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang, obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,3 - 0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1 - 2 mg/menit atau dalam waktu 3 - 5 menit, dengan dosis maksimal 20 mg.
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah diazepam rektal (level II-2, level II-3, rekomendasi B). Dosis diazepam rektal adalah 0,5 - 0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun (lihat bagan penatalaksanaan kejang demam).
Knudsen FU. Rectal administration of diazepamin solution in the acute treatment of convulsion
In infants and children. Arch Dis Child 1979;54:855-7.
Dieckman J. Rectal diazepam for prehospital status epilepticus. An Emerg Med 1994;23:216-24
Knudsen FU. Practical management approaches to simple and complex febrile seizures.
Dalam: Baram TZ, Shinnar S, eds, Febrile seizures. San Diego : Academic Press 2002;p.1-20

Kejang yang belum berhenti dengan diazepam rektal dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.

Bila 2 kali dengan diazepam rektal masih kejang, dianjurkan ke rumah sakit. dan disini dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3 - 0,5 mg/kg.

Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal 10 - 20 mg/kg/kali dengan kecepatan  1 mg /kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4 - 8 mg/kg/hari, yaitu 12 jam setelah dosis awal.

Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif.
 Soetomenggolo TS. Buku Ajar neurologi Anak.1999
Fukuyama Y, dkk. Practical guidelines for physician in the management of
 febrile seizures. Brain  Dev 1996;18:479-484.



Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam dan faktor risikonya, apakah kejang demam sederhana atau kompleks.


8. Pemberian obat pada saat demam
Antipiretik
Antipiretik pada saat demam dianjurkan, walaupun tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko terjadinya kejang demam (level I, rekomendasi E). Dosis asetaminofen yang digunakan berkisar 10 –15 mg/kg/kali  diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen 5-10 mg/kg/kali ,3 - 4 kali sehari.
Camfield PR, dkk. The first febrile seizures-Antipyretic instruction plus either phenobarbital or
Plecebo to prevent recurrence. J Pediatr 1980;97:16-21.
Uhari M, dkk. Effect of acetaminophen and of low intermittent doses of diazepam on
Prevention of recurrences of febrile seizures. J Pediatr 1995;126:991-5

Asetaminofen dapat menyebabkan sindrom Reye terutama pada anak kurang dari 18 bulan, meskipun jarang. Antipiretik pilihan adalah parasetamol 10 mg/kg yang sama efektifnya dengan ibuprofen 5 mg/kg dalam menurunkan suhu tubuh.
Van Esch A, dkk. Antipyretic  efficacy of ibuprofen and acetaminophen in children with febrile seizures.
Arch Pediatr Adolesc Med. 1995;149:632-5

Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam menurunkan risiko berulangnya kejang (1/3 - 2/3 kasus), begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5 0C  (level I, rekomendasi E).
Dosis tersebut cukup tinggi dan menyebabkan ataksia, iritabel dan sedasi yang cukup berat pada 25 – 39 % kasus.
Rosman NP dkk. A controlled trial of diazepam administered during febrile illneses to prevent
Recurrence of febrile seizures. NEJM 1993;329:79-84
Knudsen FU. Intermitten diazepam prophylaxis in febrile convulsions: Pros and cos.
Acta Neurol Scand 1991; 83(suppl.135):1-24.
Uhari M, dkk.  Effect of acetaminophen and low dose intermitten diazepam on
prevention of recurrences of febrile seizures. J Pediatr. 1995;126:991-5

Fenobarbital, karbamazepin, dan fenitoin pada saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam.
Knudsen FU. Practical management approaches to simple and complex febrile seizures.
Dalam: Baram TZ, Shinnar S, eds, Febrile seizures. San Diego : Academic Press 2002;p.1-20

9. Pemberian obat rumat
Indikasi pemberian obat rumat
Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri sebagai berikut (salah satu):
  1. Kejang lama > 15 menit
  2. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya hemiparesis, paresis Todd, palsi serebral, retardasi mental, hidrosefalus.
  3. Kejang fokal
  4. Perngobatan rumat dipertimbangkan bila:
            . Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam
. Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
. kejang demam > 4 kali per tahun

Penjelasan:
  • Sebagian besar peneliti setuju bahwa kejang demam > 15 menit merupakan indikasi pengobatan rumat
  • Kelainan neurologis tidak nyata misalnya keterlambatan perkembangan ringan bukan  merupakan indikasi
  • Kejang fokal atau fokal menjadi umum menunjukkan bahwa anak mempunyai fokus  organik

Jenis obat antikonvulsan
Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam menurunkan risiko berulangnya kejang (level I).
Mamelle C, dkk. Prevention of recurrent febrile convulsion – a randomized therapeutic assay :
Sodium valproate, Phenobarbital and placebo. Neuropediatrics 1984;15:37-42
Farwell JR, dkk. Phenobarbital for febrile seizures-effects on intelligence and on seizure
recurrence. NEJM 1990:322:364-9

Dengan meningkatnya pengetahuan bahwa kejang demam benign dan efek samping penggunaan obat terhadap kognitif dan perilaku, profilaksis terus menerus diberikan dalam jangka pendek, dan pada kasus yang sangat selektif (rekomendasi D). Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar (40 - 50 %).

Obat pilihan saat ini adalah asam valproat meskipun dapat menyebabkan hepatitis namun insidensnya kecil. Dosis asam valproat 15 - 40 mg/kg/hari dalam 2 - 3 dosis dan fenobarbital 3 - 4 mg/kg per hari dalam 1 - 2 dosis.
AAP, Committee on drugs. Behavioral and cognitive effects of anticonvulsant theraopy.
Pediatr 1995;96::538-40
AAP. Practice parameter: Longterm treatment of the child with simple febrile seizures
Pediatr 1999;103;1307-9
Knudsen FU. Febrile seizures-treatment and outcome. Epilepsia 2000;41;2-9.



Lama pengobatan rumat
Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan.
Soetomenggolo TS. Buku Ajar Neurologi Anak 1999
           Knudsen FU. Febrile seizures: treatment and outcome. Brain Dev 1996;18:438-49.
              
10. Edukasi pada orang tua
Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saat kejang sebagian besar orang tua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal. Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara yang diantaranya :
  1. Menyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik
  2. Memberitahukan cara penanganan kejang
  3. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
  4. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat  efek samping obat
Wong V, dkk. Clinical Guideline on Management of Febrile Convulsion.
HK J Paediatr 2002;7:143-151


11. Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang:
  1. Tetap tenang dan tidak panik
  2. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
  3. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit, sebaiknya jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut.
  4. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang
  5. Tetap bersama pasien selama kejang
  6. Berikan diazepam rektal dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti
  7. Bawa  kedokter  atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih
Fukuyama Y, dkk. Practical guidelaines for physician in the management of
 febrile  seizures. Brain Dev 1996;18: 479-484.

12. Vaksinasi
Sejauh in tidak ada kontra indikasi dengan standar vaksinasi. Kejang setelah demam karena vaksinasi sangat jarang. Angka kejadian pasca vaksinasi DPT adalah 6 - 9 kasus per 100.000 anak yang divaksinasi sedangkan setelah vaksinasi MMR 25 - 34 per 100.000.  Dianjurkan untuk memberikan diazepam oral atau rektal bila anak demam, terutama setelah vaksinasi DPT atau MMR. Beberapa dokter anak merekomendasikan asetaminofen pada saat vaksinasi hingga 3 hari kemudian.
Fukuyama Y, dkk. Practical guidelaines for physician in the management of febrile  seizures.
Brain Dev 1996;18: 479-484.
Zempsky WT.Pediatrics,febrile seizures. Http://www.emedicine.com/ emerg/topic 376. htm.

Lampiran


Penjelasan:
  1. Bila kejang berhenti, terapi profilaksis intermiten atau rumatan diberikan  berdasarkan apakah kejang demam sederhana atau kompleks dan bagaimana faktor risikonya.
  2. Pemberian fenitoin bolus sebaiknya secara drip intravena (20 menit) dicampur dengan cairan NaCl fisiologis, untuk mengurangi efek samping aritmia dan hipotensi.
       Knudsen FU. Febrile seizures: treatment and outcome. Brain Dev 1996;18:438-49.
Fukuyama Y, dkk. Practical guidelaines for physician in the management of febrile seizures.
Brain Dev 1996;18: 479-484.
                                                Kesepakatan saraf anak

Level Evidens dan Rekomendasi
Tingkat evidens
I.       Evidens yang didapat dari minimal satu randomized controlled trials.
II-1.   Evidens yang didapat dari non-randomized controlled trials.
II-2.   Evidens yang didapat dari penelitian kohort atau kasus kontrol, terutama
           yang diperoleh lebih dari satu pusat atau kelompok penelitian.
II-3.   Evidens  yang  diperoleh  dari  perbandingan  tempat  atau  waktu  dengan
           atau tanpa intervensi. Contoh : uji yang tidak terkontrol yang menghasil  -  
           kan hasil yang cukup mengejutkan seperti hasil pengobatan dengan penisi-
           lin pada tahun 1940 dapat dimasukkan dalam kategori ini.
III.    Konsensus, penelitian deskriptif, pengamatan klinis.

Kualitas rekomendasi
A.      Terdapat fakta yang bagus kualitasnya (good) untuk mendukung rekomen-
           dasi bahwa intervensi tersebut dapat diterapkan.
B.      Terdapat fakta yang cukup berkualitas (fair) untuk mendukung rekomen -
           dasi bahwa intervensi tersebut dapat diterapkan.
C.      Terdapat  fakta  yang  tidak  berkualitas  (poor)  dalam hal nilai atau harm
           dari intervensi, rekomendasi dapat dilakukan pada bidang lain.
D.      Terdapat  fakta  cukup  berkualitas (fair)  untuk mendukung rekomendasi
           bahwa intervensi tersebut tidak dapat diterapkan.
E.      Terdapat fakta yang bagus kualitasnya (good) untuk mendukung rekomen-
           dasi bahwa intervensi tersebut tidak dapat diterapkan.
Schet et al. BMJ, 1996;312:71-2
The Canadian Task Force on Periodic Health Examination (1994)

Sumber:  KONSENSUS PENANGANAN KEJANG DEMAM. Editor: Hardiono D. Pusponegoro, Dwi Putro Widodo, Sofyan Ismael Unit Kerja Koordinasi Neurologi PP. Ikatan Dokter Anak Indonesia 2005 - 2008.

0 comments:

Posting Komentar