Free INDONESIA Cursors at www.totallyfreecursors.com

Rabu, Desember 02, 2009

Manfaat dan Fakta seputar ASI

ABSTRAK
MANFAAT DAN FAKTA SEPUTAR ASI
Oleh
Hendra Nopriansyah, Bela Ronaldoe, dan M . J . Erwin Halim
    ASI adalah cairan menyerupai susu yang bernilai gizi dan nutrisi yang berasal dari seorang ibu untuk keperluan makan dan minum bayi. Pada periode awal setelah melahirkan, ibu akan dapat mengeluarkan ASI melalui puting susunya (biasanya hari ke-3 atau ke-4). ASI yang diberikan kepada bayi tanpa ada tambahan cairan lain seperti  susu formula , jeruk , madu , air teh , air putih , serta tanpa makanan padat termasuk makanan pendamping seperti pepaya , pisang , bubur susu , bubur nasi , biskuit , dan tim disebut ASI eksklusif.
          Seorang ibu secara alami menghasilkan ASI segera setelah melahirkan buah hatinya meski biasanya belum bisa dikeluarkan lewat puting susu. ASI diproduksi oleh alveoli yang merupakan bagian hulu dari pembuluh kecil air susu. ASI merupakan makanan paling cocok bagi bayi karena mempunyai nilai gizi tertinggi dibandingkan semua makanan bayi yang pernah dibuat oleh manusia dengan segala teknologi modernnya ataupun yang secara alami ada pada susu hewan, seperti susu sapi , susu kerbau , atau susu kambing.  
          ASI  diberikan kepada bayi sampai ia berumur 6 bulan. Setelah melewati masa 6 bulan tersebut, dibarengi dengan pemberian makanan pendamping ASI hingga periode 18 bulan ke depan. Hal ini merupakan suatu fakta ilmiah yang telah ditemukan bahwa menyusui bayi selama dua tahun setelah kelahiran sungguh amat bermanfaat ditinjau dari segala aspek terutama kesehatan bayi. (Tinjauan pustaka: adopsi dari Rex D. Russell, “Design in Infant Nutrition) 
          Pemberian ASI secara penuh sangat dianjurkan oleh para ahli gizi seluruh dunia. Dengan segala pengetahuan berteknologi canggih sekalipun, manusia tidak mampu membuat susu formula yang dapat menggantikan perlindungan kekebalan tubuh seorang bayi seperti yang diperoleh dari kolostrum, yaitu ASI yang dihasilkan selama beberapa hari partama setelah kelahiran. Itulah sebabnya pemberian ASI pada minggu-minggu pertama mempunyai arti amat penting bagi perkembangan bayi selanjutnya. Merupakan anugerah tidak tertandingi dari Tuhan kepada ibu dan bayi bahwa segala zat yang ada pada ASI ialah berguna bagi sang bayi.        
Kata Kunci : ASI , kolostrum , periode



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
      Menyusui merupakan pengalaman paling indah yang dialami oleh ibu dan bayi. Seorang ibu seharusnya menyadari bahwa menyusui bayi adalah langkah awal membentuk kejernihan jasmani dan rohani si bayi. Dengan segala kelebihan dan kekurangan,  seorang ibu berusaha untuk teratur menjaga kesehatan diri sebagai tolak ukur awal menjaga kesehatan ASI yang dimilikinya. Ia juga seharusnya mengerti bahwa sejak dini anak harus diberi makanan yang bergizi agar pertumbuhan dan perkembangan otak si bayi dapat berlangsung secara optimal.
      Titipan Ilahi yang sangat berharga bagi kedua orang tua  terutama bagi seorang ibu yang dengan penderitaan fisik ditutupi kebahagiaan rohani selama mengandung anaknya, haruslah dirawat dengan baik agar kelak ia dapat tumbuh sebagai manusia yang cerdas dan sehat. Orang tua akan merasa bangga apabila memiliki anak yang sehat dan cerdas yang akan menjadi generasi penerus bangsa. Akumulasi yang sangat mungkin tercapai adalah anak tersebut dapat bersaing di era globalisasi ini.
       Ketepatan pertumbuhan dan kecepatan perkembangan pada bayi sungguh tidak lepas dari peranan sang cairan ajaib kepunyaan ibunya. Mengingat berbagai manfaat yang terkandung dalam ASI ini baik yang disadari maupun yang belum disadari, perlu ada suatu sistem yang dapat menghimbau para orang tua terutama para ibu pascahamil untuk segera membiasakan diri memberi ASI kepada bayinya. Namun, manfaat yang akan diterima jika memberikan ASI langsung sangat jauh berbeda dengan manfaat yang akan diterima jika ASI tersebut melalui tahap penyimpanan terlebih dahulu (ASI via botol dot). Perbedaannya, selain pada naluri kasih sayang antara kedua belah pihak yaitu ibu dan bayi, juga berbeda dalam hal mutu ASI itu sendiri. Ini salah satu masalah bagi seorang ibu yang tidak dapat meninggalkan pekerjaannya. Di satu sisi ia ingin mencari masukan finansial, di sisi lain ia harus bertanggung jawab akan kebutuhan nutrisi bayi. Tidak ada cara lain bagi ibu seperti itu selain memerah dan menyimpan ASI-nya, atau bahkan mengganti ASI dengan susu formula.
          Hal tersebut merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh negara kita saat ini. Terlalu banyak kaum hawa yang menjadi pekerja, baik dari kalangan yang belum menikah maupun yang sudah. Selanjutnya akan memberi pola bagi ibu yang memiliki bayi untuk memerah dan menyimpan ASI-nya. Padahal keuntungan yang akan didapat oleh bayi bila diberikan ASI secara langsung berbeda dari segi EQ-nya (kemampuan sosialisasi); lebih baik perkembangan emosi anak yang disusui secara langsung daripada perkembangan emosi anak yang disusui melalui via botol dot. Ini memang pekerjaan rumah bagi seluruh kalangan, dari keluarga sehat sampai Indonesia sehat. Namun, masalahnya bagaimana cara membuat sistem berpola agar menggalakkan pemberian ASI secara langsung dari ibu ke bayi ini. Sungguh sangat disayangkan kehilangan satu saja dari manfaat ASI yang multifungsi ini.
          ASI mengandung sumber nutrisi ideal bagi bayi. Dengan kata lain ASI juga merupakan sumber gizi utama bayi. Tetapi bila kita lihat problema mengenai gizi di negeri ini, kita akan tahu seberapa besar kepedulian rakyat terhadap gizi balita, meskipun diantara mereka bukan tidak mau melainkan tidak mampu. Serta seberapa besar revitalisasi yang telah dilakukan banyak kalangan terutama pemerintah untuk membenahinya . Dari semua itu dapat diartikan bahwa himpitan ekonomi membuat kesulitan pendayagunaan ASI maksimal tercapai, ditambah lagi ’bantuan’ dari yang berwenang tidak kunjung hadir, meski hadir pun sudah dipoles dengan ketidakjujuran.
          Problema gizi yang mempunyai relasi kuat dengan keberadaan pangan merupakan masalah lagi yang dialami bangsa ini. Terlalu banyak kasus, busung lapar, dan kurang gizi yang dialami terutama oleh balita membuat bangsa ini masih terlalu jauh untuk disebut negara maju yang identik dengan kemakmuran. Bagaimana memberikan ASI kepada bayinya jika seorang ibupun kelaparan. Pada masa kehamilan pun asupan nutrisi bagi bayi sulit dipenuhi oleh segelintir ibu yang bernasib memprihatinkan tersebut. Tumpukan pekerjaan rumah lagi harus dipikul pemerintah. Bukan hanya pemenuhan terhadap gizi saja yang kondisinya masih sedemikian memprihatinkan, tetapi juga keadaan pangannya, terbukti dengan adanya kasus-kasus busung lapar yang terjadi di beberapa tempat di Indonesia. Kasus busung lapar yang menyerang anak-anak di bawah usia lima tahun di Indonesia mencapai angka delapan persen. Sesuai dengan proyeksi penduduk Indonesia yang disusun Badan Pusat Statistik, tahun 2005 jumlah anak usia 0-4 tahun di Indonesia mencapai 20,87 juta. Itu berarti ada sekitar 1,67 juta anak balita yang menderita busung lapar. Di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), anak balita yang menderita busung lapar mencapai 10 persen dari total anak balita. Di NTB ada sekitar 498.000 anak balita. Dengan demikian, sekitar 49.000 anak balita di antaranya menderita gizi buruk atau bahkan busung lapar. (Kompas,Sabtu 28 Mei 2005). Bukti tersurat media cetak tersebut sekali lagi membuat kita sebaiknya merenungkan pentingnya nutrisi bayi agar negara kita maju dalam berbagai bidang terutama spiritual , pendidikan , dan tekonologi. Selayaknya kita mengerti makna sehat yang sesungguhnya.
”...Kesehatan adalah keadaan sejahtera  dari badan ,  jiwa , dan sosial, yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis”.(UU No 23 Tahun 1992...)

I.2  Rumusan Masalah
Mengapa pemberian ASI sangat di anjurkan pada bayi?

1.3  Tujuan
Karya tulis ilmiah ini bertujuan antara lain untuk :
1.      Mengetahui Mengapa pemberian ASI sangat di anjurkan pada bayi
2.      Mengetahui bagaimana pemberian ASI dapat meningkatkan pertumbuhan jasmani dan perkembangan kecerdasan  intelektual dan emosional
3.      Mengetahui mengapa menyusui sangat penting bagi seorang ibu.
4.      Menggalakkan kaum ibu agar mau dan mampu menyusui bayinya.

1.4 Manfaat
      Adapun manfaat dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengaruh pemberian ASI terhadap mutu sumber daya manusia suatu bangsa.
2. Memberikan informasi kepada pembaca khususnya kaum ibu yang sedang hamil maupun pascahamil mengenai pentingnya pemberian ASI terhadap bayi.
3.  Memberikan sumbangan kepada dunia kesehatan.
4.  Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.



BAB II
ISI

II.1 Proses Produksi ASI
            ASI diproduksi oleh alveoli yang merupakan bagian hulu dari pembuluh kecil air susu. ASI mulai diproduksi pada beberapa bulan terakhir masa kehamilan. Selama kehamilan, sejumlah besar estrogen disekresikan oleh plasenta sehingga ductus payudara tumbuh dan bercabang. Sekali sistem ductus berkembang, progesterone akan menyebabkan pertumbuhan lobulus, pertunasan alveolus, dan perkembangan sifat sekresi sel-sel alveoli.
            Kedua hormon di atas sangat penting untuk perkembangan payudara. Akan tetapi, keduanya mempunyai efek menghambat sekresi sesungguhnya dari air susu. Hormon yang dapat meningkatkan sekresi air susu adalah hormon prolaktin. Hormon ini disekresikan oleh hipofisis dan akan meningkat konsentrasinya dari minggu ke-5 sampai saat kelahiran. Prolaktin selanjutnya akan bekerja untuk mempertahankan kelenjar mammaria agar mensekresikan air susu ke dalam alveoli. Sekresi hormon ini diatur oleh hipothalamus dengan sistem faktor penghambat yang diduga berupa dopamin.

 










Gambar 1.  Anatomi Payudara






            Walaupun, pada akhir kehamilan, hormon prolaktin mancapai konsentrasi yang sangat tinggi, namun karena adanya supresi dari estrogen dan progesteron sehingga kadar cairan yang dihasilkan masih rendah. Cairan yang dihasilkan pada beberapa hari pertama kelahiran ini disebut colostrum. Colostrum sangat besar manfaatnya bagi perkembangan bayi selanjutnya. Segera setelah bayi dilahirkan, sekresi estrogen dan progesteron oleh plasenta hilang secara tiba-tiba. Keadaan ini membuat prolaktin dapat mengambil alih peranan dalam memproduksi ASI. Dalam beberapa hari kemudian kelenjar payudara akan mensekresikan air susu dalam jumlah yang besar sebagai pengganti colostrum.  

II.2 Kandungan Gizi ASI
            ASI merupakan makanan paling ideal bagi bayi. Hal ini dikarenakan banyaknya kandungan gizi dalam ASI dibandingkan dengan makanan bayi lainnya ataupun susu yang dihasilkan oleh sapi, kerbau, dan lain – lain.
            Komposisi gizi yang terkandung dalam ASI dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Lemak.
            Kandungan lemak dalam ASI adalah sekitar 35%. Lemak yang terkandung dalam ASI merupakan lemak tak jenuh. Asam lemak ini sangat mudah dicerna oleh bayi dibandingkan asam lemak jenuh. ASI juga mengandung asam lemak omega-3 (berupa AA) yang sangat dibutuhkan dalam perkembangan otak. Lemak membantu penyerapan vitamin A , D , E , dan K serta berperan pula sebagai sumber energi dan pembentuk dinding sel. Lemak banyak jenisnya, yaiti trigliserida , asam oleat , dan kolesterol. Omega-3 , omega-9 , dan asam lemak esensial merupakan asam oleat.

b. Protein.
            Dalam hal ini, yang harus diperhatikan adalah kandungan asam amino dan mutu cernanya. Protein susu dapat dibagi dalam dua golongan yaitu kasein dan whey ( Laktalbumin ). ASI mengandung 0,7-0,9 g/dl whey dan 0,4-0,5 g/dl kasein. Komposisi ini sangat ideal dibandingkan dengan susu sapi yang mengandung sekitar 80% kasein. Padahal, kasein sangat mudah menggumpal di dalam lambung, sehingga akan sulit dicerna oleh enzim proteinase.

c. Karbohidrat.
            Peranan karbohidrat terutama diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi. ASI mengandung laktosa sekitar 7%. Kadar laktosa yang tinggi akan berpengaruh pada pertumbuhan lactobacillus. Keberadaan lactobacillus dalam usus dapat mencegah terjadinya infeksi. Kadar laktosa yang tinggi juga dapat memperbaiki panahanan mineral – mineral yang dibutuhkan untuk pertumbuhan.



d. Mineral.
            Kadar mineral dalam ASI sekitar 124,4 g/dl. Jika kadar mineral ini lebih tinggi maka akan terjadi beban osmolar. Akibatnya, bayi akan sering buang air kecil. Oleh karena ginjal pada bayi belum berfungsi sempurna, maka kadar mineral yang terlalu tinggi akan menyebabkan terganggunya keseimbangan air dalam tubuh.

e. Vitamin.
            Vitamin dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Akan tetapi, kebutuhan akan vitamin tidak dapat diabaikan. Kekurangan vitamin dapat mengganggu kesehatan dan menimbulkan penyakit tertentu. Namun, perlu disadari juga, pemberian vitamin dalam jumlah besar juga akan mengganggu kesehatan.
            Kebutuhan bayi akan vitamin dapat dipenuhi oleh ibu selama 4-6 bulan pertama jika asupan makanan ibu cukup seimbang.

Kandungan lain yang terdapat dalam ASI dapat diuraikan dalam tabel berikut :
Komposisi
Kadar ( g/dl )
Lemak
Protein
-         Whey
-         Kasein

Karbohidrat
Mineral
-         Na
-         K
-         Ca
-         P
-         Cl
-         Mg
-         Fe
-         Cu
-         Zn
-         Mn
Vitamin
-         A
-         D
-         B1
-         B2
-         C
-         B6
-         B12
-         Niasin
-         Pantotenat A
-         Asam Folat
-         Biotin
3 – 5,5

0,7 – 0,9
0,4 – 0,5

6,6 – 7,1

10
40
30
10
30
4
0,2
-
-
-

150 – 270
6
0,017
0,03
4,4
0,02
0,04
0,17
0,24
0,2
0,2

Komponen unggul yang terdapat dalam ASI :
No.
Komponen
Peranan

1

Faktor bifidus



Laktoferin


Laktoperoksidase

Antisthapiloccocus


Sel fagosit

Komplemen

Limfosit dan makrofag


Lisosim

Interferon

Faktor pertumbuhan epidermis

Mendukung perkembangan bakteri menguntungkan dan mencegah pertumbuhan bakteri patogen

Mengikat zat besi dalam ASI sehingga zat besi tidak digunakan oleh bakteri patogen

Membunuh bakteri patogen

Menghambat pertumbuhan sthapilococcus patogen

Memakan bakteri patogen

Memperkuat kegiatan fagosit

Mengeluarkan Zat antibodi untuk meningkatkan imunitas terhadap penyakit.

Membantu pencegahan terjadinya infeksi

Menghambat pertumbuhan virus

Membantu pertumbuhan selaput usus bayi agar zat yang merugikan tidak masuk ke pembuluh darah.





II.3  Keuntungan pemberian ASI
            Keuntungan pemberian ASI tidak hanya didapatkan oleh si bayi, akan tetapi juga bisa didapatkan oleh si ibu dan keluarganya. Berikut adalah manfaat yang bisa didapatkan :
Bagi bayi :
  1. Makanan “terlengkap” untuk bayi, terdiri dari proporsi yang seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6 bulan  pertama.
  2. Mengandung antibodi (terutama kolostrum) yang melindungi terhadap penyakit terutama diare dan gangguan pernafasan.
  3. Meningkatkan tumbuh kembang secara normal karena hanya terjadi sedikit infeksi, oleh karena itu mencegah menjadi badan pendek.
  4. Selalu bersih.
  5. Selalu siap tersedia dan dalam suhu yang sesuai.
  6. Mudah dicerna dan zat gizi mudah diserap.
  7. Melindungi terhadap alergi karena tidak mengandung zat yang dapat menimbulkan alergi.
  8. Mengandung cairan yang cukup untuk kebutuhan bayi dalam 6 bulan pertama (87% ASI adalah air).
  9. Isapan bayi membantu perkembangan gigi dan perkembangan otot-otot  muka.
  10. Hubungan fisik ibu-bayi baik untuk perkembangan bayi: kontak kulit ibu ke kulit bayi yang sering mengakibatkan perkembangan psikomotor maupun sosial yang lebih baik bagi bayi bersangkutan.

Bagi ibu :
-         Pemberian ASI memberikan 98% metode kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan pertama sesudah kelahiran BILA diberikan hanya ASI saja (eksklusif) dan belum terjadi menstruasi kembali.
-         Menempelkan segera bayi pada payudara membantu pengeluaran plasenta karena isapan bayi merangsang kontraksi rahim, oleh karena itu menurunkan risiko perdarahan pasca persalinan.
-         Memberikan ASI segera (dalam waktu 60 menit) membantu meningkatkan produksi ASI dan proses laktasi.
-         Isapan puting yang segera dan sering membantu mencegah payudara bengkak.
-         Pemberian ASI membantu mengurangi beban kerja ibu karena ASI tersedia kapan dan dimana saja.  ASI selalu bersih, sehat dan tersedia dalam suhu yang cocok.
-         Pemberian ASI ekonomis.
-         Meningkatkan hubungan batin  ibu-bayi.  
-         Menurunkan risiko kanker payudara.
Bagi keluarga :
  1. Tidak perlu uang untuk membeli susu formula, kayu bakar atau minyak untuk merebus air, susu atau peralatan.
  2. Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit (hemat) dalam perawatan kesehatan dan berkurangnya kekhawatiran bayi akan sakit.
  3. Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi dari ASI eksklusif.
  4. Menghemat waktu keluarga bila bayi lebih sehat.
  5. Memberikan ASI pada bayi (meneteki)  berarti hemat tenaga bagi keluarga sebab ASI selalu siap tersedia.
Manfaat ASI dibanding susu formula dilihat dari segi Psikologis :
a.       Mempererat jalinan kasih sayang antara ibu dan anak.
b.      Memiliki pengaruh emosional. Sebab dengan memberikan ASI juga    mempunyai pengaruh emosional bagi ibu dan anak.
c.       Anak merasa tentram , aman dan nyaman bila sedang menyusu pada ibu.
d.      Anak merasa rileks bila menyusu pada ibu.
e.       Mempererat jalinan naluri antara ibu dan anak.
f.        Perasaan ibu menjadi tenang, bahagia dan menimbulkan percaya diri karena dapat memberikan ASI kepada buah hatinya.
g.       Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim.

Manfaat ASI dibanding susu formula dilihat dari segi Kesehatan :
a.       ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi. Selama dalam kandungan bayi mendapatkan zat pelindung dari ibunya melalui plasenta. Setelah lahir, suplai zat pelindung ini terhenti digantikan ASI. Zat protektif seperti makrofag, limfosit, laktoferin, imunoglobulin, laktobasilus bifidus, dll dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi yang disebabkan bakteri, virus ataupun jamur .
b.      Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi. Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E.coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan.
c.       Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan.
d.      Lysosim, enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri (E.coli dan salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak dari pada susu sapi.
e.       Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri dari Brochus Asociated Lympocyte Tissue (BALT) anti bodi pernapasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT) anti bodi saluran pernapasan dan Mammarry Asociated Lympocyte Tissue (MALT) anti bodi jaringan payudara ibu.
f.        Faktor bifidus sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri Lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk memperhambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.
g.       Dari aspek Neurologis. Dengan menghisap payudara koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir lebih sempurna.
h.       Mencegah anak mengalami obesitas (kegendutan).
i.         Dapat menurunkan resiko kematian bayi dan penyakit kronis.
j.        Daya tahan tubuh lebih kuat.
Berdasarkan hasil seluruh penelitian yang telah dilakukan, terbukti bahwa ASI, yang dibahas dalam ratusan tulisan yang telah terbit, melindungi bayi terhadap kanker. Hal ini telah diketahui, walaupun secara fakta mekanismenya belum sepenuhnya dipahami. Ketika sebuah protein ASI membunuh sel-sel tumor yang telah ditumbuhkan di dalam laboratorium tanpa merusak sel yang sehat mana pun, para peneliti menyatakan bahwa sebuah potensi besar telah muncul. Catharina Svanborg, Profesor imunologi klinis di Universitas Lund, Swedia, memimpin kelompok penelitian yang menemukan rahasia mengagumkan ASI ini. Kelompok yang berpusat di Universitas Lund ini menjelaskan kemampuan ASI dalam memberikan perlindungan melawan beragam jenis kanker sebagai penemuan yang ajaib.
Awalnya, para peneliti memberi perlakuan pada sel-sel selaput lendir usus yang diambil dari bayi yang baru lahir dengan ASI. Mereka mengamati bahwa gangguan yang disebabkan oleh bakteri Pneumococcus dan dikenal sebagai pneumonia berhasil dengan mudah dihentikan oleh ASI. Terlebih lagi, bayi yang diberi ASI mengalami jauh lebih sedikit gangguan pendengaran dibandingkan bayi yang diberi susu formula, dan  menderita jauh lebih sedikit infeksi saluran pernapasan.
 Pasca serangkaian penelitian, diperlihatkan bahwa ASI juga memberikan perlindungan melawan kanker. Setelah menunjukkan bahwa penyakit kanker getah bening yang teramati pada masa kanak-kanak ternyata sembilan kali lebih sering menjangkiti anak-anak yang diberi susu formula, mereka menyadari bahwa hasil yang sama berlaku pula untuk jenis-jenis kanker lainnya. Menurut hasil penelitian tersebut, ASI secara tepat menemukan keberadaan sel-sel kanker dan kemudian membunuhnya. Adalah zat yang disebut alpha-lac (alphalactalbumin), yang terdapat dalam jumlah besar di dalam ASI, yang mengenali keberadaan se-sel kanker dan membunuhnya. Alpha-lac dihasilkan oleh sebuah protein yang membantu pembuatan gula laktosa di dalam susu.
II.4 Pemberian ASI yang Benar
            Walaupun terdengar mudah, tetapi banyak juga kalangan ibu muda yang tidak mengerti tentang cara pemberian ASI yang benar.
            Pemberian ASI yang benar adalah sebagai berikut :
  1. Dagu menempel payudara ibu
  2. Mulut terbuka lebar
  3. Bibir bawah terputar ke bawah
  4. Sebagian besar areola masuk ke mulut bayi
















Gambar 2. Cara Pemberian ASI yang Benar






Dalam pemberian ASI, harus juga diperhatikan kondisi dan situasi pada bayi. Pada kasus bayi kembar contohnya, sang inu akan buru – buru memberi makanan tambahan karena khawatir ASI tidak cukup. Hal ini sesungguhnya tidak benar. Produksi ASI sesuai dengan rangsangan yang diberikan sehingga dua bayi akan merangsang lebih sering/banyak sehingga produksi ASI jugalebih banyak. Setiap bayi harus disusukan pada payudara secara bergantian. Alasannya adalah agar memberikan variasi pada bayi (tidak menetap pada satu sisi terus menerus), juga oleh karena kemampuan menghisap masing-masing bayi berbeda, sehingga rangsangan pada kedua puting sama.
Contoh lain adalah bayi yang lahir prematur. Bayi premature biasanya memiliki daya isap yang lemah. Dalam hal ini, sebaiknya ASI diperah agar bayi tidak terlalu sulit untuk mengisap ASI.  Dalam kasus bayi yang terlahir dengan bibir sumbing, cara menyusui yang dianjurkan adalah dengan posisi bayi duduk dan ibu jari sang ibu cdapat digunakan untuk menyumbat celah bibir bayi.
Bayi dengan frenulum pendek. Pada keadaan seperti ini jaringan ikat antara lidah dan dasar mulut (frenulum) pendek dan tebal serta kaku sehingga membatasi derak lidah. Dengan demikian bayi akan sukar melaksanakan proses menyusu dengan baik karena lidah tidak dapat dijulurkan untuk menangkap areola mama. Pada beberapa keadaan frenulum perlu digunting, suatu operasi kecil yang tidak memerlukan narkose. Perdarahan sangat kecil dan luka lekas sembuh.



















Gambar 3. Posisi Menyusui






II.5 Teknik Memerah ASI
            Bagi ibu – ibu karir, mungkin akan menjadi masalah dalam memberikan ASI. Salah satu cara untuk menyeklesaikannya adalah dengan menabung ASI.
Cara – cara memerah ASI yang benar adalah :
  1. Sebelumnya (sebaiknya) payudara di pijat dahulu
  2. Memutar dengan 3 jari tengah
  3. Menyisir dengan jari-jari/ sisir (stroking)
  4. Dikocok (shaking)
• Cuci tangan
• Duduk/ berdiri dengan nyaman, penampung dekat payudara
  1. Jemari dan jempol di sisi areola; tekan ke arah dalam mengarah ke dinding dada
  2. Pencet di belakang putting susu dan areola dengan jempol dan jemari
  3. Lakukan pula dari arah samping.
















Gambar 4. Teknik Memerah ASI yang Benar








II.6  Manfaat ASI di Tahun Kedua.
Saat menginjak tahun kedua, kemampuan bayi berkembang, seperti merangkak atau belajar berjalan dan memasukkan segala sesuatu ke mulutnya. Akibatnya, bayi akan mudah mengalami infeksi penyakit. Makanya, disarankan ibu tetap menyusui bayi setelah ulang tahunnya yang pertama untuk mempertahankan kekebalan tubuhnya terhadap serangan virus dan bakteri penyebab penyakit.
UNICEF merekomendasikan selain pemberian makanan bergizi seimbang dan imunisasi, bayi usia 12-24 bulan disusui sesering mungkin. Tentu ada alasan kuat kenapa para ibu diimbau untuk menyusui bayinya memasuki tahun kedua.
Berikut manfaatnya :
1. ASI di tahun kedua kandungan faktor imunitasnya meningkat.
          Penelitian menyebutkan zat antibodi tersedia dalam jumlah besar pada ASI selama masa menyusui. Tapi ternyata sebagian faktor kekebalan dalam ASI konsentrasinya meningkat selama tahun kedua dan selama proses penyapihan (weaning).

2. Pemberian ASI setelah bayi 6 bulan mencegah risiko alergi dan asma.
          Salah satu cara terbaik mencegah alergi dan asma adalah menyusui eksklusif selama enam bulan dan meneruskannya hingga si kecil berusia 2 tahun. Memperpanjang pemberian ASI berarti menunda selama mungkin bayi bersinggungan dengan zat penyebab alergi. ASI sendiri membantu mempercepat pematangan lapisan pelindung dalam usus bayi, melapisi usus bayi dan menghalangi masuknya molekul penyebab alergi ke dalam darah bayi serta memberi perlindungan antiradang sehingga menekan risiko infeksi pemicu alergi.

3. ASI perkecil risiko sakit anak usia 16-30 bulan.
          American Academy of Family Physicians melihat anak-anak yang disapih sebelum usia dua tahun meningkat risikonya (AAFP 2001). Penelitian lain menyebutkan anak usia 16-30 bulan yang disusui lebih jarang sakit, kalaupun sakit maka sakitnya lebih singkat dibanding anak sebaya yang tidak disusui.

4. ASI dibutuhkan anak yang sakit.

          UNICEF merekomendasikan anak di bawah tiga tahun yang sakit agar diberi ASI, karena ASI merupakan makanan bergizi yang paling mudah dicerna saat si kecil kehilangan nafsu makan.

5. ASI di tahun kedua lebih kaya nutrisi.

          Penelitian dr. Dror Mandel, dkk, menyatakan ASI dari ibu yang menyusui lebih dari satu tahun kandungan lemak dan energinya meningkat dibanding ASI dari ibu yang menyusui lebih singkat.

6. ASI di tahun kedua sumber lemak dan vitamin A tak tergantikan.

          Berdasar penelitian Adelheid W. Onyango dkk menyimpulkan ASI merupakan sumber lemak dan vitamin A yang tak tergantikan oleh makanan sapihan apapun.




II.7 Kontroversi Bakteri Enterobacter sakazakii Pada Susu Formula
          Baru – baru ini, masyarakat dikejutkan dengan temuan hasil penelitian oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) mengenai adanya dugaan bahwa sebagian susu formula tercemar oleh bakteri Enterobacter sakazakii. Hal ini menjadi masalah besar karena rating pengkonsumsi susu formula di negeri ini bisa dibilang tinggi. Ditambah lagi, konsumsi susu formula tersebut ialah kebanyakan oleh anak balita dan bayi untuk pengoptimalan tumbuh kembangnya.          
          Enterobacter sakazakii adalah bakteri gram negatif yang tahan panas dan tidak membentuk spora. Secara klinis, cemaran Enterobacter sakazakii menimbulkan diare yang bila tidak diobati dapat menimbulkan dehidrasi dan dapat berakibat fatal pada kesehatan bayi dan anak balita.
          Pada tahun 2005, World Health Assembly (WHA) menginformasikan pada negara-negara anggota mengenai ada kemungkinan cemaran mikroba enterobact er sakazakii pada susu formula. WHA lalu mengeluarkan resolusi agar Badan Kesehatan Dunia (WHO) serta Badan Pangan dan Agrikultur (FAO) menyiapkan pedoman, pesan dan pelabelan produk tentang penyiapan penyimpanan dan penanganan susu formula.
          Belakangan ini ramai diberitakan hasil riset dari Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (IPB) yang dimuat dalam situs IPB bahwa 22,73 persen susu formula (dari 22 sampel) 40 persen makanan bayi (dari 15 sampel) yang dipasarkan antara April - Juni 2006 telah terkontaminasi Enterobacter sakazakii. Sampel makanan dan susu formula yang di teliti berasal dari produk lokal. Sejumlah staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan IPB yang bergabung dalam penelitian ini antara lain Dr Sri Estuningsih, Drh.Hernomoadi Huminto MVS, Dr. I.Wayan T. Wibawan, Dr. Rochman Naim.
          Penelitian ini menyimpulkan di Indonesia ada susu formula dan makanan bayi terkontaminasi E. Sakazakii yang menghasilkan enterotoksin tahan panas dan menyebabkan enteritis, sepsis dan meningitis pada bayi mencit. hasil pengamatan histopatologis yang diperoleh masih dibutuhkan penelitian senada yang lebih mendalam untuk mendukung hasil penelitian itu. Sangat penting dipahami susu formula bayi bukan produk steril, sehingga penggunaan serta penyimpanannya perlu perhatian khusus untuk menghindari kejadian infeksi karena mengkonsumsi produk itu . (Kompas, Kamis 5 Maret 2008)
          Terkait hasil kajian ilmiah itu, Irawati menyatakan Badan POM melakukan pengawasan susu formula secara rutin setiap tahun di semua laboratorium Balai Besar POM di berbagai daerah. Pemeriksaan cemaran mikroba merupakan bagian dari pemeriksaan rutin lembaga itu terhadap produk pangan, termasuk susu formula. Mereka melalui penelitian beberapa sampel yang dirahasiakan merk-nya membuktikan bahwa susu formula aman untuk dikonsumsi. Hal inilah yang masih merupakan kontroversi yang diperbincangkan berbagai kalangan masyarakat terutama kaum ibu. 



DAFTAR PUSTAKA

Guyton dan Hall.1996.Buku Ajar Fisiologi.Jakarta : EGC
Krisnatuti,Diah.2000.Menyiapkan Makanan Pendamping ASI.Bogor:Puspa Swara
RexD.Russell,“Design in Infant Nutrition,”www.icr.org/pubs/imp/imp-259.htm.
Utomo, Muhajir.2005.Format Penulisan Karya Ilmiah.UNILA:Lampung
Dr. Nanis SacharinaMarzuki, SpABidakara, 15 Pebruari 2007 http://www.breastfeeding.com/

           

0 comments:

Posting Komentar