mungkin Plantar Fasciitis!!
Plantar Fasciitis adalah inflamasi pada fascia plantar yaitu sebuah ligamen pada arkus kaki. Penyakit ini terjadi ketika fascia plantaris teregang karena elevasi atau penggunaan berlebihan, cara berjalan yang salah, atau proses penuaan. Penyakit ini juga sering terjadi pada orang-orang yang kelebihan berat badan. Karena ligamen teregang menyebabkan jarinagn lunak pada fascia plantar robek. Biasanya terjadi pada titik dimana ligamen melekat pada tulang tumit. Dalam keadaan normal, plantar fascia bekerja seperti sebuah serabut-serabut penyerap kejutan (shock-absorbing bowstring), menyangga lengkung dalam kaki. Tetapi, jika tegangan pada serabut-serabut tersebut terlalu besar, maka dapat terjadi beberapa robekan kecil di serabut-serabut tersebut. Bila ini terjadi berulang-ulang maka fascia akan teriritasi atau meradang.
Nyeri tumit adalah gejala yang sering dikeluhkan pada pasien dengan plantar fasciitis. Plantar fasciitis menyebabkan nyeri seperti ditusuk atau terbakar yang biasanya bertambah buruk pada pagi hari karena fascia meregang sepanjang malam. Segera setelah berjalan beberapa saat, nyeri yang dirasakan biasanya berkurang, tetapi mungkin akan terasa nyeri kembali setelah berdiri beberapa lama atau setelah bangun dari posisi duduk. Plantar fasciitis biasanya terjadi pada pasien berusia antara 40-60 tahun. Plantar fasciitis bisa terjadi sebagai penyakit tersendiri atau berkorelasi dengan underlying disease lainnya seperti arthritis, ankylosing spondilitis, dan hiperostosis skeletal idiopatik diffusa. Terkadang plantar fasciitis terjadi tanpa penyebab yang jelas.
Diagnosa
Diagnosa plantar fasciitis didasarkan pada riwayat keluhan pasien dan hasil dari pemeriksaan fisik. Pasien biasnya dikenali dengan adanya nyeri tumit inferior yang menumpu berat badan dan nyeri terjadi persisten dalam beberapa bulan atau tahun. Nyeri yang berhubungan dengan plantar fasciitis mungkin dirasakan seperti berdenyut, membakar, atau menusuk, terutama pada langkah pertama di pagi hari atau setelah beberapa periode tidak beraktivitas. Ketidaknyamanan biasanya meningkat setelah istirahat panjang atau setelah aktivitas yang terbatas. Berjalan tanpa alas kaki atau naik tangga akan memperparah nyeri. Pasien biasanya mengalami nyeri pada sekitar tuberositas kalkaneus medial pada aponeurosis plantaris. Beberapa diagnosa banding untuk plantar fasciitis adalah sebagai berikut:
Kondisi | Karakteristik | |
Neurologic | ||
Abductor digiti quinti nerve entrapment | Rasa terbakar di bantalan tumit | |
Lumbar spine disorders | Nyeri yang menjalar dari tungkai ke tumit, kelemahan, refleks abnormal. | |
Problems with the medial calcaneal branch of the posterior tibial nerve | Nyeri pada medial tumit | |
Neuropathies | Biasanya terjadi pada pasien yang mengkonsumsi alkohol dan pada pasien diabetes. Nyeri diffusa pada kaki dan terjadi malam hari. | |
Tarsal tunnel syndrome | Nyeri, sensasi terbakar, dan kesemutan pad kaki | |
Soft tissue | ||
Achilles tendonitis | Nyeri pada retrokalkaneus | |
Fat pad atrophy | Nyeri pada area bantalan tumit yang atrofi | |
Heel contusion | Ada riwayat trauma | |
Plantar fascia rupture | Sensasi nyeri pada bagian bawah kaki | |
Posterior tibial tendonitis | Nyeri pada kaki dan ankle | |
Retrocalcaneal bursitis | Nyeri pada retrokalkaneus | |
Skeletal | ||
Calcaneal epiphysitis (Sever’s disease) | Nyeri tumit pada remaja | |
Calcaneal stress fracture | Pembengkakan kalkaneus, hangat, dan nyeri tekan. | |
Infections | Osteomyelitis | |
Gejala sistemik (e.g., fever, night pain) | ||
Inflammatory arthropathies | Sama dengan PF tetapi terjadi bilateral | |
Banyak sendi yang terlibat | ||
Subtalar arthritis | Nyeri pada suprakalkaneus | |
Miscellaneous | ||
Metabolic disorders | ||
Osteomalacia | Nyeri tulang diffusa dan kelemahan pada otot | |
Tumors (jarang) | Deep bone pain, night pain, constitutional symptoms | |
Vascular insufficiency | Pain in muscle groups that is reproducible with exertion, abnormal vascular examination |
Pemeriksaan radiologis tidak begitu berguna untuk menegakkan diagnosa plantar fasciitis, tetapi dapat dipertimbangkan jika diagnosa banding lain lebih kuat mengarah. Berdasrkan studi case control yang membandingkan pasien dengan dan tanpa plantar fasciitis penebalam aponeurosis pada tumit yang diidentifikasi dengan USG, biasanya berhubungan dengan plantar fasciitis. Dari pemeriksaan radiologis biasanya didapatkan kalsifikasi pada jarinmgan lunak disekitar tumit atau osteofit pada anterior kalkaneus yang biasnya disebut heel spurs. 50 % pasien dengan plantar fasciitis dan lebih dari 19% orang tanpa plantar fasciitis mempunyai heel spurs. Ada atu tidaknya heel spur tidak bisa menyingkirkan diagnosa plantar fasciitis. Scanning pada tulang bisa menunjukkan peningkatan ketebalan kalkaneus dan MRI bisa menunjukkan penebalan pada fascia plantaris. Namun, akurasi data yang didapat tiak bisa menegakkan diagnosa plantar fasciitis.
Terapi
Pengobatan untuk Plantar Fasciitis meliputi:
1. Latihan peregangan
Latihan yang efektif tidak hanya untuk bantuan aktif dari plantar fasciitis, tapi Juga membantu untuk meminimalkan kekambuhan. Latihan peregangan digunakan untuk meningkatkan fleksibilitas otot-otot paha, betis, dan fascia plantaris sendiri. Penegangan pada otot-otot kaki yang dapat diakibatkan tidak proporsionalnya stressor pada fascia plantaris saat berjalan dan berlari meningkatkan resiko cedera. Latiahanperegangan untuk fascia plantaris sendiri dapat meningkatkan fleksibilitas fascia dan mengurangi potensi kerusakan. Contoh latihan peregangan adalah:
A. Peregangan Gastrocnemius dengan mendorong dinding
Gastrocnemius adalah salah satu kelompok otot utama di betis. Untuk meregangkan otot ini, tempatkan tangan Anda Pada dinding dan berdiri dengan Kedua rata di lantai kaki, satu kaki ke depan yang lain (Gambar 2). Jauhkan paling belakangkaki lurus dan kaki Pointed lurus ke depan. Bersandar ke depan tanpa melengkungkan punggung, Menempatkan berat badan pada kaki sambil membungkuk ke depan di lutut. Jika Anda merasa peregangan di pertengahan betis kaki lurus. Tahan peregangan selama 10-15 detik, rilis, dan Kemudian ulangi 6-8 kali. Membalikkan posisi kaki dan Lalu Regangkan kaki yang lain.
B. Peregangan gastrocnemius dengan naik tangga
Gastrocnemius juga dapat diregangkan menggunakan latihan sederhana yang dapat dilakukan sambil berdiri pada tangga. Berdiri dengan ujung jari kaki pada tepi tangga dan tumit tidak menapak tangga. Sementara memegang pegangan tangga untuk keseimbangan, naik setinggi mungkin pada jari kaki dan kemudian menurunkan sendiri perlahan-lahan setinggi tanpa memindahkan kaki sampai merasakan regangan di betis. Tahan posisi ini selama 1-2 detik dan kemudian ulangi 10-20 kali.
C. Peregangan soleus
Soleus adalah salah satu dari kelompok otot utama pada betis. Untuk meregangkannya posisikan diri seperti pada contoh peregangan pertama tetapi dengan kedua tungkai menekuk dan pantat turun. Yakinkan bahwa kaki anda lurus ke depan dan tidak berubah. Dorong dinding dengan tumit tetap di lantai. Saat menekuk lutut, bebankan berat badan pada belakang kaki. Lanjutkan sampai merasa betis teregang. Lakukan selama 30 detik dan ulangi 2-3 kali pada masing-masing sisi.
D. Peregangan hamstring
Hamstring adalah utama otot paha yang berjalan tepat di bawah lutut ke pantat dan mengangkat kaki bagian bawah dan menekuk lutut. Jika hamstring terlalu menegang, tekukan lutut selama berjalan dan berlari sangat berlebihan yang pada gilirannya dapat menghasilkan peningkatan tarikan pada tulang tumit dan terlalu banyak ketegangan di plantar fascia. Untuk meregangkan hamstring, berbaring dengan punggung rata ke lantai dengan mata terfokus ke atas. Pegang belakang paha dengan kedua tangan dan, dengan kaki membungkuk, tarik paha sampai tegak lurus terhadap lantai dan kemudian perlahan-lahan meluruskan lutut. Ulangi latihan dengan kaki lainnya.
E. Peregangan fascia plantaris sambil duduk
Selama berjalan normal, fascia plantar memanjang dan kemudian memendek ketika kaki menyentuh tanah. Jika fascia plantaris kurang elastis bisa mengakibatkan kerusakan serat pada fascia dan terjadi peradangan. Latihan yang meregangkan fasia plantar dapat meningkatkan fleksibilitas dan membantu menahan tekanan yang ditempatkan di atasnya tanpa mengalami kerusakan. Fasia plantar dapat dengan mudah diregangkan sambil duduk. Duduk di kursi atau di tepi tempat tidur dengan satu kaki disilangkan di atas yang lain. Tempatkan jari dari tangan sisi yang sama dengan silang kaki di pangkal jari kaki dan tarik jari-jari kaki kembali ke arah tulang kering sementara menjaga kaki tetap sampai peregangan dirasakan pada bagian bawah kaki. Ulangi latihan lima kali untuk setiap kaki. Latihan ini sangat efektif bila dilakukan sebelum mengambil langkah pertama hari dan setelah lama duduk atau tidak aktif.
2. Ortosis.
Koreksi sepatu atau sandal membantu mengurangi rasa nyeri pada tumit sewaktu menapak atau berjalan. Penyangga lengkungan kaki (Arch Support), yang bisa dipakai/ diletakkan dalam sepatu, ataupun bidai yang digunakan pada malam hari yang disebut Night Splint, karena di gunakan saat tidur malam hari.
3. Obat-obatan
Apabila nyeri tidak berkurang dapat diberikan obat-obatan jenis NSAID seperti Ibuprofen, Naproxen, Na Diclofenac,dll. Obat ini berfungsi untuk menghilangkan nyeri dan pembengkakan. Obat ini di gunakan selama satu bulan dan setelah itu harus di konsultasikan ulang ke dokter yang menanganinya. Selain menggunakan obat-obatan oral, apabila diperlukan dapat dilakukan penyuntikan dengan
4. Ultrasound Diathermy (US)
Untuk mengurangi nyeri pada Plantaris Fasciitis terapi Non Invasif yang sering digunakan adalah dengan modalitas Ultrasound Diathermy (US). US adalah diatermi berdasarkan konversi energi suara frekensi tinggi , dengan daya tembus paling dalam (3-5 cm) diantara diatermi lainnya, gelombang suara ini selain memberikan efek panas/termal, juga ada efek non termal/mekanik yaitu Micromassage. Terapi ultrasound digunakan untuk kasus plantar fasciitis karena efek panas dan efek mekanik pada gelombang ultrasound menyebabkan peningkatan sirkulasi darah ke jaringan setempat. Radang pada plantar fascia ini terjadi karena adanya trauma atau strain, sehingga terjadi perubahan pembuluh darah dan perubahan sel leukosit. Pengaruh panas ultrasound juga dapat digunakan untuk mengurangi nyeri pada plantar fasciitis karena gelombang pulsed yang rendah intensitasnya dapat memberikan efek sedative dan analgesik pada ujung-ujung saraf sensorik. US efektif dalam mempercepat proses pembuangan infiltrat hasil inflamasi dan mengurangi perlengketan yang terjadi. Maka US merupakan pilihan dalam pengobatan reumatik non artikuler. Intensitas yang diapakai 0,5 -2,5 watt/cm2. Lama pemberian 5-10 menit, diberikan setiap hari atau 2 hari sekali. Selain US alat non invasif lainnya yang sering dipakai untuk mengatasi Plantar Fasciitis adalah Extracorporeal shockwave therapy (ESWT).
5. Extracorporeal shockwave therapy (ESWT) / terapi gelombang kejut.
Penanganan yang paling mutakhir, aman, ekonomis, non invasif dan tanpa efek samping adalah gelombang kejut yang dipancarkan dari luar tubuh (extra corporeal) atau disebut Extracorporeal Shock Wave Therapy (ESWT) yang diciptakan di Jerman dan dipakai di AS setelah disetujui oleh FDA (Badan Pengawas Makanan dan Obat-Obatan di AS) pada tahun 2001. Penelitian manfaat ESWT pada nyeri tumit / telapak kaki sudah dilakukan sejak tahun 1990an. Penelitian terbaru yang terbit pada Maret 2010 membuktikan bahwa Extracorporeal Shock Wave Therapy (ESWT) bisa mengatasi rasa sakit pada tumit dan/atau telapak kaki (plantar fasciitis). Di Amerika Serikat, ESWT dijinkan dipakai sejak 2001. Awalnya mesin ini dipakai untuk memecahkan batu ginjal. Namun penelitian lebih lanjut membuktikan ternyata bisa untuk menangani gangguan persendian. Gelombang kejut yang dihasilkan mesin ini mampu merangsang perbaikan aliran darah ke daerah persendian yang mengalami peradangan, sehingga membantu menghilangkan rasa sakit sendi. Selain itu, gelombang kejut juga berfungsi menipiskan perkapuran yang menyebabkan rasa nyeri. Dengan ESWT, pasien tidak perlu rawat inap. Ia juga bisa beraktivitas seusai terapi tanpa gangguan. Kelebihan lain, hasil terapi dapat bertahan selama beberapa tahun tanpa pengulangan. Prosedurnya pun tak rumit. Pada aplikasinya, pasien akan menjalani pemeriksaan terlebih dahulu pada titik-titik sendi yang nyeri oleh Dokter Spesialis Kedokteran Fisik Rehabilitasi (SpRM). Terapi ini dimulai dengan intensitas paling rendah dan meningkat bertahap sampai tahapan yang ditargetkan.Waktu terapi hanya sekitar 15-30 menit. Jumlah energi tergantung pada berat ringannya penyakit pasien serta lokasi dari nyeri. rasa sakit yang dialami pasien berkurang dalam 3 bulan setelah menjalani 3 kali ESWT dan perbaikan selanjutnya terus berlangsung. Kekurangan alat ini hanyalah belum banyak ditemui di Rumah sakit maupu klinik rehabilitasi medik lainnya, bila dibandingkan dengan keberadaan US.
6. Operatif.
Pembedahan untuk mengatasi masalah ini sangat jarang dilakukan, tindakan operasi pada kasus ini biasanya dilakukan setelah 12 bulan dilakukan pengobatan non operatif dengan maksimal tidak didapatkan hasil yang diharapkan. Penanganan dengan cara operasi mempunyai keberhasilan 50%. Jenis Operasi yang biasa dilakukan untuk mengatasi Plantar Fasciitis adalah dengan melakukan Gastrocnemius recession atau Plantar fascia release. Tindakan operatif pada kasus ini bukan tanpa resiko, terkadang rasa sakit masih tetap dirasakan atau bahkan bertambah buruk. Komplikasi lainnya adalah terjadinya kerusakan pada syaraf dan terjadinya infeksi. Memang secara statistik hasil yang memuaskan setelah dilaksanakannya operasi juga cukup banyak, oleh sebab itu tindakan operatif ini hanya disarankan apabila tindakan tindakan non operatif tidak memberikan hasil yang memuaskan.
Sumber:
- CHARLES COLE, M.D., CRAIG SETO, M.D., and JOHN GAZEWOOD, M.D., M.S.P.H, 2005, Plantar Fasciitis: Evidence-Based Review of Diagnosis and Therapy, University of Virginia School of Medicine, Charlottesville, Virginia (Available at: http://www.aafp.org/afp/2005/1201/p2237.html diunduh tanggal: 11 April 2012)
- Lettu Ckm dr.Victorio , 2011, Plantar Fasciitis, Karumkitban Sibolga Kesdam I/BB (available at: http://www.kesad.mil.id/content/plantar-fasiitis diunduh tanggal: 12 April 2012)
0 comments:
Posting Komentar