Selama puluhan tahun kaum musiimin Indonesia boleh berbangga hati dengan julukan “komunitas muslim terbesar di dunia” yang disandangnya. Berdasarkan Survey Antar Sensus (Supas) yang diiakukan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 1990, tercatat bahwa dari 200 juta jiwa, prosentase umat Islam mencapai 87,3 persen (dibulatkan menjadi 90 persen) . Sementara umat Kristen Protestan hanya 6 persen, umat Katolik 3,6 persen, Hindu 1,8 persen, Budha 1 persen dan agama lain 0,3 persen. Sebagai dai, kita tidak boleh silau mata dengan besarnya angka-angka mayoritas di atas. Apalagi, data-data terkini, mencatat bahwa jumlah umat
Islam anjlok drastis dari 90 persen menjadi 75 persen (tabloid SIAR edisi
No. 43, 18-24 Nopember 1999 hal. 14).
Terllepas dari validitas dan akurasi data di atas, perlu dicermati pula
hasil temuan Litbang Departemen Agama, bahwa panyebab penurunan populasi
umat Islam nusantara itu ada dua hal:
Injil
Pertama, Keberhasilan program KB yang dilakukan dengan gencar kepada kaum
muslimin, sementara kepada umat non Islam, program KB tidak pernah
didengungkan, nyaris tak terdengar. Dengan demikian, program KB
mengakibatkan pertumbuhan populasi umat Kristen ja uh lebih cepat
dibandingkan dengan pertumbuhan populasi umat Islam.
Kedua, Keberhasilan program Kristenisasi yang dilakukan dangan gencar,
semakin hari semakin canggih dan tidak mengindahkan kode efik penyiaran
agama.
Kenyataan di lapangan membuktikan bahwa penyimpangan-penyimpangan
penyiaran agama sering kali dipakai para missionaris untuk menyebarkan
Injil dan kekristenan di nusantara, antara lain:
Pembangunan Gereja di lingkungan masyarakat Mayoritas Muslim
Di tengah-tengah warga mayoritas muslim, pihak Salib melanggar SKB menteri
dengan membangun gereja yang megah. Untuk mengisi dan meramaikan gereja
pada saat kebaktian, didatangkanlah jemaat Kristen dari tempat lain yang
berjauhan. Dengan demikian, syiar m ereka berlahan-lahan menarik simpati
warga yang lemah iman.
Kasus yang terbaru adalah terusiknya ketenangan warga Depok dengan
kehadiran GPIB Shalom, akhirnya membuahkan penanganan ilegal. Sebagai kado